Popular Post

Jumat, 31 Mei 2013



Oleh: Rahmia L. 2010
(div.Universe)

Sejenak jika kita melihat kemajuan ilmu pengetahuan sekarang ini sangat identik dengan kemajuan teknologi dan alat-alat elektronik yang mungkin saja salah satunya sedang berada di tangan kita. Di balik semua itu terdapat sosok ilmuwan-ilmuwan yang dengan setia akan terus mengabdikan dirinya untuk ilmu pengetahuan demi membuat inovasi-inovasi baru untuk produk-produk hasil karyanya. Bahkan beberapa darinya ada yang melegenda, seperti Steve Jobs dan Steve Wozniak sang penemu Apple, atau Bill Gates yang namanya masih tetap diingat walaupun software Microsoft telah ada sejak tahun 1975, atau mungkin Henry Ford yang tentu saja terkenal dengan Ford-nya. Apa yang membuat mereka terkenal? Tentu saja ide-ide brilliannya yang mengagumkan semua orang, otak jeniusnya yang seakan melampaui batas-batas manusia biasa. Benarkah demikian?
Mungkin mereka dengan nama-nama di atas memang benar memiliki ilmu yang jauh melampaui orang-orang biasa sehingga mereka pun dapat membuat suatu temuan yang bahkan tidak dapat dibayangkan oleh orang-orang sebelumnya. Namun sekali lagi perkembangan ilmu pengetahuan saat ini terlalu erat kaitannya dengan orang-orang barat sana. Ada satu hal yang kita lupakan di sini. Di mana dulu pun juga banyak hidup ilmuwan-ilmuwan hebat yang sekarang ini sudah mulai dilupakan. Mereka hidup di saat kekhalifahan Islam menginvasi jauh hingga ke Eropa. Bahkan ilmuwan-ilmuwan hebat pun telah ada saat zaman Rasulullah dahulu. Ya, dialah ilmuwan-ilmuwan muslim.
Sedikit tentang ilmu sendiri di dalam Islam, ilmu berasal dari bahasa Arab ‘alima yang berarti mengerti atau memahami. Dalam Islam menuntut ilmu adalah wajib hukumnya. Ayat pertama yang turun pun berbunyi, “Iqra’!” Bacalah!. Satu kata namun seakan mewakili semuanya. Bacalah alam semesta yang telah terhampar luas, sebagai hasil ciptaan Sang Maha Pencipta, bacalah semua ilmu-ilmu yang ada di dalamnya. Tentang kejadian malam dan siang, penciptaan laki-laki dan perempuan, kejadian manusia saat dalam kandungan, waktu dhuha, waktu malam, waktu ashar, matahari dan bulan serta peredarannya. Dalam memahami semua hal ini tentunya dibutuhkan ilmu yang tak setengah-setengah. Bahkan bagi siapa yang menuntut ilmu Allah menyediakan ganjaran surga baginya. Seperti hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:
Diriwayatkan dari Imam Muslim RA., "Barangsiapa yang melalui suatu jalan guna mencari ilmu pengetahuan, niscaya Allah SWT akan memudahkan baginya jalan ke surga."
Menuntut ilmu harus disertai pula dengan kegigihan yang kuat, kesabaran, dan kemauan yang diiringi kemantapan hati untuk senantiasa tidak bosan dalam mengejar ilmu. Ibnu Qayyim pernah berkata, “Ilmu tidak didapat kecuali dengan meninggalkan kelezatan-kelezatan dan melepas istirahat. Siapa yang tidak menjadikan kelezatan fisik dan syahwat nafsunya, tidak akan mencapai derajat ilmu, selamanya.”
Dalam proses menuntut ilmu juga berbagai macam caranya. Islam telah memberikan toleransi kepada umatnya dalam cara-cara menuntut ilmu. Ada yang memiliki kemampuan untuk dapat mengajarkan ilmu, ada juga yang berperan sebagai pendengar yang baik. Semua itu terdapat pahala pada masing-masingnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Jadilah kamu seorang pengajar, atau pelajar, atau mendengarkan (ilmu), atau mencintai (ilmu), dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, kamu pasti menjadi orang yang celaka." HR. Imam Baihaqi.
Dari uraian di atas telah jelas sekali landasan-landasan menuntut ilmu bagi diri seorang muslim. Ternyata muslim terlahir untuk menjadi seorang ulama yang kaya akan ilmunya. Islam tidak menginginkan umatnya terpuruk dalam kebodohan, melainkan justru mewajibkan umatnya agar menuntut ilmu setinggi mungkin. Semua tuntutan ini dapat kita pelajari dari berbagai kisah para sahabat dan tabi’in yang telah terkenal dengan kecemerlangan otaknya dan kegigihannya dalam menuntut ilmu. Sebagaimana nama-nama asing yang dituliskan di bagian awal tulisan ini, para sahabat Rasul dan para tabi’in pun tidak kalah hebatnya dalam hal menuntut ilmu, bahkan mungkin lebih hebat. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1.        Mu’adz bin Jabal
Sabda Rasulullah SAW,
“Umatku yang paling tahu dalam persoalan halal dan haram ialah Mu’adz bin Jabal.”
Ya, dialah Mu’adz bin Jabal, sahabat dari golongan Anshar yang menjadi acuan fatwa tentang halal dan haram. Mu’adz masuk Islam di usia yang sangat muda (18 thn).
Usia beliau yang muda sama sekali tidak menghalangi kecemerlangan otaknya untuk menjadi sumber pemecahan perkara-perkara sulit di antara para sahabat-sahabat lain yang bahkan sudah lebih dahulu masuk Islam.
                Mu’adz bin Jabal dalam memutuskan suatu perkara senantiasa berlandaskan kepada Al-Qur’an. Jika kemudian beliau tidak menemukan jawabannya di dalam Al-Qur’an maka ia akan mengacu pada Sunnah Rasul. Dan jika di dalam sunnah dia masih belum mampu menemukan pemecahannya, maka ia akan berijtihad menggunakan akal pikirannya.
Rasulullah SAW pun pernah bersabda bahwa Mu’adz bin Jabal adalah pemimpin golongan ulama di hari kiamat nanti.
2.       Abu Hurairah
dialah salah satu dari beberapa yang banyak merawikan hadits Rasulullah SAW. Beliau pernah berkata terhadap dirinya sendiri, “Tak ada seorang pun dari sahabat-sahabat Rasul yang lebih banyak menghafal hadits daripadaku, kecuali Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, karena ia pandai menuliskannya sedang aku tidak.” Abu Hurairah adalah seorang buta huruf yang menyimpan semua hadits di dalam otaknya dengan kemampuan ingatannya.
Begitu banyak hadits yang keluar dari bibir Rasulullah SAW yang dihafalnya dan kemudian ia sampaikan kepada para sahabat-sahabat yang lain. Abu Hurairah senantiasa berada di sisi Rasulullah kecuali ketika tidur. Padahal waktu yang beliau habiskan bersama Rasulullah terhitung singkat, yaitu hanya sekitar 4 tahun dari beliau pertama kali masuk Islam hingga Rasulullah wafat. Begitu hebatnya perbendaharaan hadits oleh Abu Hurairah sehingga beliau mampu menghafalkan setiap hadits yang pernah ia dengar, dan tidak melupakannya walau hanya satu kata. Itulah nikmat yang telah diberikan Allah kepada Abu Hurairah dalam ketajaman daya ingatannya.
3.       Abu Ali Al-Husein Ibnu Sina
Ibnu Sina atau Avicenna ialah Bapak Kedokteran Dunia yang telah banyak menyumbangkan berbagai ilmu medisnya dan menjadi rujukan bangsa Eropa berabad-abad lamanya. Dalam salah satu kitabnya, Qanun fi Thib atau The Canon of Medicine misalnya, ia menulis ensiklopedia dengan jumlah jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan.
Ibnu Sina pula yang mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama kalinya. Dan dari sana ia berkesimpulan bahwa setiap bagian tubuh manusia, dari ujung rambut hingga ujung kaki kuku saling berhubungan.
Ia adalah orang yang pertama kali merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan kesehatan jiwa ada kaitan dan saling mendukung. Lebih khusus lagi, ia mengenalkan dunia kedokteran pada ilmu yang sekarang diberi nama patologi dan farmakologi, yang menjadi bagian penting dari ilmu kedokteran.
Selain The Canon of Medicine, ada satu lagi kitab karya Ibnu Sina yang tak kalah dahsyatnya, yaitu Asy-Syifaa’. Sebuah kitab tentang cara-cara pengobatan sekaligus obatnya. Kitab ini di dunia ilmu kedokteran menjadi semacam ensiklopedia filsafat dunia kedokteran. Dalam bahasa latin, kitab ini di kenal dengan nama 'Sanatio'.
beliau juga mendalami berbagai bidang ilmu lain seperti ilmu fisika, metafisika, kimia, geografi, astronomi, dan filsafat. Ibnu Sina memperoleh gelar sebagai seorang fisikawan di usia yang sangat muda, yaitu 18 tahun. Dalam bidang filsafat Ibnu Sina juga mendapatkan gelar Asy-Syaikh Ar-Rais yang berarti Guru Para Raja. Ilmu kedokteran sendiri telah beliau pelajari ketika masih berumur 16 tahun dan telah langsung melayani pasien berdasarkan logikanya.
Kecerdasan Ibnu Sina ini sudah dapat dilihat semenjak ia masih kanak-kanak. Ibnu Sina sudah hafal Al-Qur’an saat berusia 5 tahun dan telah mempelajari ilmu hitung di usia itu, ketika murid-murid lainnya berusia jauh lebih tua dibandingkan dirinya.
4.      Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi
merupakan seorang pakar dalam bidang matematika, astronomi dan geografi yang berasal dari Iran. Orang-orang lebih mengenalnya dengan gelar Bapak Algebra atau orang Eropa lebih mengenalnya dengan Algoritma. Nama itu kemudian dipakai orang-orang Barat dalam arti kata Aritmatika atau ilmu hitung. Penemuannya dalam bidang ilmu hitung ini bahkan masih digunakan hingga sekarang, yaitu Aljabar yang merupakan salah satu bentuk pemecahan masalah matematika. Bukunya yang terkenal berjudul Al Mukhtasar fi Al Hisab Al Jabr wa Al Muqabalah yang memuat tentang ilmu Aljabar.
                Nama-nama di atas hanyalah sebagian kecil dari banyaknya ulama muslim yang pernah ada dan akan tetap ada hingga akhir zaman nanti, insya Allah. Sebagai muslim, contoh-contoh kisah di atas seharusnya dapat membangkitkan niat dan motivasi kita kembali untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan menjadi yang ahli dalam bidangnya masing-masing. Satu hal yang membuat muslim unggul adalah karena kita melakukannya bukan untuk ketenaran, posisi atau kedudukan, IPK yang tinggi, ataupun demi mendapatkan pujian dari orang-orang, melainkan karena Allah SWT lah yang telah memerintahkan kita untuk menuntut ilmu.
Merekalah yang telah mendapat petunjuk Allah, dan merekalah yang memiliki akal.” (Q.S Az-Zumaar 39:18)

Referensi:
Al-Qur’an
Khalid Muh. Khalid. Karakteristik Perihidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah. CV Diponegoro. Bandung. 1998
Husayn Fattahi. Novel-biografi Ibnu Sina – Tawanan Benteng Lapis Tujuh. Penerbit: Zaman. Jakarta. 2009
Majalah Tarbawi Edisi 273 Tahun 13. 19 April 2012

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2016 KAMI ASY-SYIFAA' FK UNPAD - Powered by Blogger