Popular Post

Archive for September 2013

Bid'ah



Definisi Secara Bahasa
Bid’ah secara bahasa berarti membuat sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya. Hal ini sebagaimana dapat dilihat dalam firman Allah Ta’ala,
 “Allah Pencipta langit dan bumi.”
(QS. Al Baqarah [2] : 117, Al An’am [6] : 101)maksudnya adalah mencipta (membuat) tanpa ada contoh sebelumnya.
Juga firman-Nya,“Katakanlah: ‘Aku bukanlah yang membuat bid’ah di antara rasul-rasul’.”(QS. Al Ahqaf [46] : 9)
maksudnya aku bukanlah Rasul pertama yang diutus ke dunia ini.

Definisi Secara Istilah
Definisi bid’ah secara istilah yang paling bagus adalah definisi yang dikemukakan oleh Al Imam Asy Syatibi dalam Al I’tishom.Beliau mengatakan bahwa bid’ah adalah:
“Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat (tanpa ada dalil, pen) yang menyerupai syari’at (ajaran Islam), yang dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.
Definisi di atas adalah untuk definisi bid’ah yang khusus ibadah dan tidak termasuk di dalamnya adat (tradisi).

Adapun yang memasukkan adat (tradisi) dalam makna bid’ah, mereka mendefinisikan bahwa bid’ah adalah:
“Suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat (tanpa ada dalil, pen) dan menyerupai syari’at (ajaran Islam), yang dimaksudkan ketika melakukan (adat tersebut) adalah sebagaimana niat ketika menjalani syari’at (yaitu untuk mendekatkan diri pada Allah)”. (Al I’tishom, 1/26, Asy Syamilah)

Definisi yang tidak kalah bagusnya adalah dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau rahimahullah mengatakan:
 “Bid’ah adalah i’tiqod (keyakinan) dan ibadah yang menyelishi Al Kitab dan As Sunnah atau ijma’ (kesepakatan) salaf.” (Majmu’ Al Fatawa, 18/346, Asy Syamilah)
Ringkasnya pengertian bid’ah secara istilah adalah suatu hal yang baru dalam masalah agama setelah agama tersebut sempurna
Sebenarnya terjadi perselisihan dalam definisi bid’ah secara istilah.

1.      Ada yang memakai definisi bid’ah sebagai lawan dari sunnah (ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), sebagaimana yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Asy Syatibi, Ibnu Hajar Al Atsqolani, Ibnu Hajar Al Haitami, Ibnu Rojab Al Hambali dan Az Zarkasi.

2.      Sedangkan pendapat kedua mendefinisikan bid’ah secara umum, mencakup segala sesuatu yang diada-adakan setelah masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam baik yang terpuji dan tercela. Pendapat kedua ini dipilih oleh Imam Asy Syafi’i, Al ‘Izz bin Abdus Salam, Al Ghozali, Al Qorofi dan Ibnul Atsir. Pendapat yang lebih kuat dari dua kubu ini adalah pendapat pertama karena itulah yang mendekati kebenaran berdasarkan keumuman dalil yang melarang bid’ah.







Tag : ,

Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran) part II


Ghazwul Fikri
(Perang Pemikiran)

II.TAHAPAN PERANG PEMIKIRAN


Tahapan Ghazwul fikri melalui sebuah perjalan sejarah. Itu menandakan bahwa peperangan ini merupakan suatu hal yang direncanakan dan diprogram. Dengan begitu, mereka berusaha memperbarui langkah-langkahnya sesuai perkembangan zaman dan tingkat pengalaman yang dari rencana-rencana yang mereka jalankan.

A. Sebelum pendudukan (Sebelum jatuhnya khilafah)
Mereka melakukan langkah-langkah stimulus sebelum melanjutkan tahapan ke penguasaan penuh:
1. Orientalisme
Gerakan ini merupakan cara untuk mengetahui celah-celah dan kelemahan masyarakat Timur untuk menghancurkan Islam. Jadi, yang dimaksud masyarakat Timur di sini ialah masyarakt Arab (masyarakat muslim), meskipun dalam dunia Barat, kata oriental identik dengan ras China dan Jepang, ras-ras bermata sipit, kulit putih, dan berhuruf mandarin, kani, dan sebagainya. Para misionaris ghazwul fikri yang bertujuan menghancurkan Islam meneliti sejarah Islam. Mereka menghilangkan keunggulan-keunggulan bangsa-bangsa Islam dari jejak sejarah dan menggantinya dengan tokoh-tokoh dari mereka. Misalnya, Ibnu Firnas, muslim spanyol yang merupakan orang pertama yang menguji pesawat terbang pada tahun 800an, mereka tutupi jejaknya dari sejarah dan menggantikannya dengan tokoh-tokoh mereka. Ada banyak orang-orang yang seharusnya lebih berhak mendapat gelar sebagai bapak penemu sesuatu atau pun bapak pelopor sesuatu yang dihilangkan jejak sejarahnya dan mereka ganti dengan tokoh-tokoh Barat. Sesungguhnya, dari fakta ditemukan atau ditunjukan bahwa dunia penelitian pertama kali berawal dari Islam. Ilmuwan-ilmuwan legendaris, seperti Ibnu Sinna telah merintis banyak penemuan. Masa-masa sebelum datangnya Islam hanya berupa era filsafat, saat sesuatu dipraktikan tidak berdasarkan fakta ilmiah. Bahkan Eropa sempat mengalam “Dark Ages”, suatu masa kegelapan di Eropa. Manupulasi sejarah mengakibatkan rendah dirinya masyarakat Islam. Beberapa dari mereka lebih bangga terhadap dunia dan kebudayaan Barat, juga terhadap tokoh-tokohnya. Rendah diri tersebut dapat menggoyahkan visi masyarakat Islam, bahkkan sampai ke aqidahnya. Gerakan ini pun sering ditunggangi oleh kepentingan imperialisme. Meskipun begitu, beberapa memang murni untuk studi ketimuran di samping konspirasi mereka untuk menghancurkan Islam.
2. Kristenisasi
Usaha yang dilakukan dengan berbagai cara. Mereka sering sekali menggunakan kelemahan individu atau kelompok di kalangan muslim untuk melancarkan gerakan ini, seperti memberikan harta bersyarat kepada kaum fakir dan miskin, menggunakan jalur pernikahan, dan lain-lain.
3. Memutuskan hubungan wilayah-wilayah negara Islam
Mereka menebar benih-benih permusuhan di antar kalangan muslim itu sendiri, seperti fitnah, adu domba, dan lain-lain. Sisi egoisme kaum muslim diusahakan bangkit terhadap sesama muslim itu sendiri. Gerakan ini juga bertujuan memutuskan tali persaudaraan. Mereka menanamkan nilai-nilai untuk cinta kepada bangsa atau rasnya masing-masing lebih dari cinta kepada Islam. Mereka membuat orang-orang Islam saat itu merasa rasnya lebih baik dari ras lain. Merasa rasnya lebih tinggi dan lebih hebat dengan ras lain. Akibatnya, mereka memutuskan hubungan dengan khalifah dalam pemerintahan, masing-masing ras membangun negaranya masing-masing untuk kepentingan masing-masing, sehingga umat Islam terpecah belah.

B. Masa pendudukan (Saat jatuhnya khilafah)
1. Orientalisme
Gerakan ini dilakukan lebih kencang karena kondisi politik yang sedang tidak stabil.
2. Kristenisasi
Dilakukan dengan dukungan birokrat dan struktur.
3. Memisahkan agama dari negara
Ini terbilang aneh karena di satu sisi mereka memperjuangkan agama mereka, namun di dalam praktik kehidupan, mereka memisahkan agama mereka. Ini dilakukan agar tidak ada jihad melawan penjajahan.
4. Menyebarluaskan paham nasionalisme
Ini membuat wilayah-wilayah yang memisahkan diri dengan khilafah Islamyah menjadi sangat fanatik dengan negaranya. Kaum muslim menjadi terpecah bersuku-suku atau berbangsa-bangsa, padahal yang harus dibela ialah kepentingan Islam, meskipun yang lebih berhak dipenuhi hak-haknya bagi seorang muslim ialah orang-orang terdekatnya, keluarga, kerabat, termasuk bangsanya. Jadi yang dimaksud di sini ialah ketika kepentingan negara sudah menentang ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadits, barulah kita harus meluruskan negara kita, bukan membelanya. Di masa sekarang, istilah “right or wrong is my country” telah muncul. Seharusnya, ketika suatu negara sudah menentang atau melanggar ajaran Islam, warga atau bangsanya harus meluruskan atau memperbaikinya, bukan membelanya.Memang nasionalisme tidak dilarang, bahkan Rasul menyuruh orang-orang Quraisy untuk ingat dengan kota Mekkah, namun ketika suatu negara sudah keluar dari ajaran Islam, sudah terjadi maksiat atau kemungkaran di sana, maka haruslah ajaran Islam yang dibela. Jika diibaratkan, kita ambil contoh seorang dokter, dia punya keluarga, dia diharuskan untuk merawat dan membangun keluarganya, termasuk mencintainya, itu ibarat nasionalisme (yang diperbolehkan), namun ketika ada orang-orang di luar sana, di daerah terpencil yang membutuhkannya, ia harus menolongnya, tetapiu bukan berarti dengan meninggalkan keluarganya untuk menolonng orang-orang tersebut ia tidak mencintai keluarganya, bukan begitu. Begitu juga, ketika keluarganya sudah tidak terdidik atau terawat, di mana di sana ada maksiat, maka sang dokter haruslah memperbaiki keluarganya.
5. Penjatuhan kekhalifahan
Khilafah Utsmaniyah runtuh pada tahun 1924 di Turki. Ini merupakan momen yang tepat untuk menyebarluaskan berbagai paham atau pemikiran yang selanjutnya akan semakin mencemari kaum muslim.

C. Pasca Pendudukan
Pengaruh yang sangat kuat masih terdapat di negeri-negeri bekas jajahan kaum imperialis. Hal ini ditandai dengan adanya hal yang menyimpang dari ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat. Bahkan sepeninggal mereka, mereka masih berusaha melakukan penetrasi kepada kaum muslim, seperti masuknya program-program tertentu di dunia kependidikan, muai dari kurikulum sampai jabatan-jabatan strategis bagi mereka. Pers dimanfaatkan melalui media-medianya. Bahkan mereka juga melakukan penetrasi ke lembaga-lembaga legislatf di suatu negara. Mereka melakukan penetrasi dalam kegiatan
Orientalisme : Termasuk tradisi-tradisi yang bertentangan dengan ajaran Islam turut dipertahankan dengan alasan bahwa itu merupakan kebudayaan.
Kristenisasi : Dengan cara menambal kelemahan kaum muslim dengan kepentingan mereka. Setiap orang memiliki kelemahan, baik dalam hal ekonomi, politik, maupun sosial. Sebagai contoh: seorang kristen yang kaya mencoba berteman dengan seorang muslim yang miskin agar dapat mengajak dia berpindah agama atau pun membuat ia jauh dari Islam, seorang kristen yang pandai bicara akan mencoba berteman dengan muslim yang dikucilkan agar ia dapat menanamkan kebiasaan-kebiasaan atau bahkan ajaran-ajaran kristen. Lalu dalam hal politik, kaum kristen mencoba mencari celah sekecil apa pun untuk mendapatkan kedudukan di pemerintahan.
Atheisme : Gerakan ini semakin kuat ketika kaum muslim ragu terhadap Islam itu sendiri. Ilmu pengetahuan yang salah dipergunakan karena telah bercampur dengan hawa nafsu dan cinta kepada dunia turut menjadi faktor kuatnya gerakan ini. Seseorang yang mengetahui lebih pintar dari orang lain, cenderung sombong dan menolak kebenaran.
Nasionalisme : Paham ini dapat membuat seorang muslim bimbang, bahkan terciderai aqidahnya, ketika ia dihadapkan dalam keadaan harus memilih kepentingan agamanya ataukah kepentingan negaranya yang harus ia bela, bukan yang harus ia dahulukan, karena hanya kepentingan agamalah yang mutlak harus dibela, meskipun dalam penerapannya harus ada siasat agar tidak menimbulkan permusuhan. Karena persaudaraan akan memudahkan untuk berdakwah.
Westernisasi : Sudah banyak kebiasaan Barat atau tren-tren Barat yang diikuti.


Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran)

Ghazwul Fikri
 (Perang Pemikiran)

Part I: Definisi dan Gambaran Umum



Sumber: Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah, ditulis oleh Jasiman Lc., penerbit AULIA PRESS.

Rasulullah SAW bersabda:
“Akan datang suatu masa di mana bangsa-bangsa memperebutkan kalian sebagaimana sekelompok pemakan memperebutkan makanan di nampan.”Para sahabat bertanya:“Apakah karena jumlah kami yang sedikit pada waktu itu wahai Rasulullah?”Rasulullah SAW menjawab:“Tidak! Bahkan jumlah kalian saat itu banyak, akan tetapi kalian saat itu seperti busa di lautan.”
Nubuat tersebut telah terbukti hari ini. Kaum muslim mengalami kemunduran karena telah melalaikan, mengesampingkan, atau pun meninggalkan Islam. Ketika itu terjadi, kita menjadi lemah, sehingga bangsa-bangsa jahiliyah memperebutkan kaum muslim dengan melancarkan intervensi dan invasinya secara politik, militer, dan ekonomi.

Kekuatan kaum muslim terletak pada aqidah dan agama. Ketika kaum muslim berpegang terguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadits, mereka sangat kuat, bahkan kaum kafir tidak berdaya menghadapi kaum muslim. Saat itu, mereka berperang untuk mencari mati (syahid), sedangkan orang-orang kafir berperang untuk hidup.

Menyadari hal tersebut, kaum kafir menempuh cara lain untuk mengalahkan umat Islam, yaitu melalui perang intelektual dan kebudayaan.

1. Merusak akhlak
Dalam Kongres misionaris tahun 1930-an, Zweimmer, seorang Yahudi mengatakan di depan para peserta bahwa tugas kaum Zending yang sebenarnya adalah menjauhkan kaum muslim dari agamanya. Ketika kaum muslim jauh dari agamanya, mereka jauh juga hubungannya dengan Al-Khaliq, sehingga akan mengalami kebobrokan moral. Dampaknya, akan menyebabkan turunnya lenyapnya kebudayaan yang bernafaskan Islam. Dengan begitu, mereka akan lebih menyukai dan lebih mudah melakukan hal-hal yang sia-sia, bahkan yang dilarang. Akibatnya, Al-Qur’an dan Al-Hadits sudah dipegang teguh karena mereka lebih senang melakukan hal-hal yang menyimpang darinya.

2. Menghancurkan fikrah (visi)
Fikrah atau disebut juga ideologi atau pemikiran umat Islam telah menjadi lemah karena lemahnya aqidah. Kaum kafir menyebarkan syubuhat (sesuatu yang dapat menimbulkan keraguan) tentang Islam, Allah, Rasul, Al-Qur’an, dan syariat, sehingga kaum muslim meragukan agamanya sendiri. Beberapa muslim bertoleransi dalam aqidahnya.

3. Melarukan kepribadian
Akibat dari itu semua, kemudian lahirlah generasi muslim yang tidak berkepribadian. Mereka tidak percaya diri menampakkan identitas keislaman. Nama-nama, mode pakaian, bahasa, gaya hidup, pola pikir, semuanya mereka ganti dengan kebudayaan impor dari Barat. Sebagian tokoh mereka mengatakan bahwa apabila ingin maju, kita harus menjiplak Barat seutuhnya, sehingga dimulailah era westernisasi.

4. Pemurtadan
Pada kondisi yang lebih parah, bukan hanya kebudayaan dan pemikiran yang mereka jiplak dari Barat. Apalagi, pikiran sudah tercemari, gaya hidup sudah terwarnai, tidak ada lagi identitas Islam yang tersisa, akhirnya secara langsung maupun tidak langsung, aqidah pun mereka ganti dengan ideologi Barat.

5. Loyalitas kepada kaum kafir
Tidak perlu lagi mengerahkan tentara dan persenjataan. Dengan suka cita, kaum muslim sudah mengekor dan bersujud di kaki mereka.



- Copyright © 2016 KAMI ASY-SYIFAA' FK UNPAD - Powered by Blogger