Popular Post

Senin, 29 April 2013

Bismillahirrahmanirrahim..


“ketika kartini terseokseok memperjuangkan wanita, ternyata islam ada untuk memulyakan wanita dengan segala aturan yang ada..”


Seperti yang kita tahu,tanggal 21 april diperingati sebagai hari Kartini untuk memperingati jasa-jasa beliau dalam memperjuangkan emansipasi wanita. Nah,mari kita simak salah satu isi surat beliau.

“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama. 
[Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902].

Jadi kita bisa bayangkan bagaimana kondisi wanita pada saat itu. RA Kartini menyadari betapa pentingnya kedudukan wanita sebagai pendidik generasi penerus di masa yang akan datang. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW:
“ Wanita adalah tiang negara jika wanitanya baik maka baiklah negara, dan bila wanita buruk maka negara juga ikut buruk”.

Kumpulan surat RA Kartini yang sangat terkenal dengan judul Door Duisternis Tot Licht atau habis gelap terbitlah terang. Prof. Haryati Soebadio (cucu tiri Ibu Kartini) mengartikan kalimat “Door Duisternis Tot Licht” sebagai “Dari Gelap Menuju Cahaya” yang bahasa Arabnya adalah “Minazh-Zhulumaati ilan-Nuur“. Kata dalam bahasa Arab tersebut, tidak lain, merupakan inti dari dakwah Islam yang artinya: membawa manusia dari kegelapan (jahiliyah) ke tempat yang terang benderang (hidayah atau kebenaran Ilahi), sebagaimana firman-Nya:

”Allah pemimpin orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang kafir pemimpinnya adalah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya ke kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal didalamnya” 
(QS. Al-Baqarah : 257).

Bahkan jauh sebelum RA Kartini menyuarakan emansipasi wanita,dalam Islam wanita begitu amat dimuliakan.Islam menyelamatkan wanita dari kesewenangan. Anak laki-laki lebih baik  dibanding dengan anak perempuan. Bahkan pada zaman tersebut lazim mendapati anak perempuan dikubur hidup-hidup oleh orang tua mereka karena dianggap membawa aib dan kesusahan bagi keluarga. Umar bin Khaththab pernah berkata, “Pada masa jahiliyah, wanita itu tak ada harganya bagi kami. Sampai akhirnya Islam datang dan menyatakan bahwa wanita itu sederajat dengan laki-laki.” Saat Islam datang, wanita diperlakukan dengan sangat mulia.
Kian hari emansipasi kian mirip saja dengan liberalisasi dan feminisasi. Sementara Kartini sendiri sesungguhnya makin meninggalkan semuanya, dan ingin kembali kepada fitrahnya.Setiap muslimah harus berhati-hati terhadap hal ini. Karna itu setiap muslimah harus mengetahui kodratnya agar tidak terjebak dalam kesalahpahaman makna emansipasi. Dan muslimah harus memahami dan mengamalkan apa saja yang menjadi kewajiban dan menjauhi apa saja yang dilarang oleh Allah SWT agar dirinya terjaga iffah (kemuliaan dan kesucian) harga dirinya
Sejak ribuan tahun silam, citra wanita islam yang telah menorehkan sejarah emas dalam tinta sejarah islam mengajarkan banyak pelajaran dan keteladan dan inspirasi yang amat indah untuk dilukiskan mengalahkan wanita manapun di dunia ini.

Tidak ada teladan terbaik bagi wanita selain para shahabiyah yang mendapatkan jaminan ridha dan diridhai Allah. Tidak ada kemuliaan selain kemuliaan meneladani napak tilas generasi shahabiyah yang mengagumkan dalam segala dimensinya. Baik ekonomi, politik, budaya, social dan berbagai keuatamaan mereka yang menakjubkan hati setiap insan. Merekalah sebaik-baik teladan dan inspirasi. Wallahua’lam.


Rinny Yuniarty
FK Unpad 2011

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2016 KAMI ASY-SYIFAA' FK UNPAD - Powered by Blogger